Ogoh-Ogoh Semarakkan Nyepi di Denpasar
DENPASAR - Lautan manusia tumpah ruah di jalanan Kota Denpasar pada malam pangrupukan untuk menyaksikan pawai ratusan ogoh-ogoh menjelang tapa berata penyepian yang dimulai Sabtu 21 Maret 2015.
Pada malam pangrupukan atau malam menjelang Hari Nyepi, hampir semua banjar di wilayah Denpasar menampilkan kreasi ogoh-ogoh baik berukuran besar, sedang hingga raksasa. Ogoh-ogoh diarak oleh kawula muda banjar atau Sekka Teruna dengan berpakaian adat sembari ditingkahi tetabuan dan lagu-lagu tradisional Bali.
Selain itu, ogoh-ogoh dalam berbagai bentuk seperti menyerupai buta kala, rangda, celuluk, awatara, dewa siwa, monster, paksi hingga mirip dora emon, juga diiringi musik modern seperti house musik.
Hingar bingar pawai ogoh-ogoh yang melintasi jalan protokol Denpasar berakhir di sekitar Lapangan Puputan Badung atau di nol kilometer. Pawai tersebut menjadi hiburan menarik bagi warga kota bahkan sampai wisatawan domestik dan asing yang tengah berlibur di Kota Denpasar.
Petugas harus melakukan rekayasa lalu lintas, dengan mengalihkan beberapa ruas jalan untuk mengurai kemacetan. Arak-arakan berakhir sekira pukul 22.00 Wita untuk selanjutnya ogoh-ogoh dibawa kembali ke banjar atau wilayah masing-masing.
Atraksi pawai ogoh-ogoh menarik perhatian Axl wisatawan Australia yang tengah berlibur ke Pulau Dewata. "Dua hari lalu, saya tiba agar bisa merasakan suasana Nyepi di Bali," ucapnya saat menonton pawai ogoh-ogoh di Lapangan Puputan Denpasar, Jumat (20/3/2015) malam.
Setelah pawai ogoh-ogoh yang dilanjutkan pembakaran itu telah menandai dimulainya perayaan Nyepi tahun baru Caka 1937. Sesuai ajaran hindu, selama Nyepi ada empat hal esensi amati karya (tidak bekerja), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak berpergian) dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
0 Response to "Ogoh-Ogoh Semarakkan Nyepi di Denpasar"
Post a Comment